Evolusi HR di dalam Industri
Peran Human Resources (HR) yang kita kenal sekarang tidak selalu memiliki lingkup dan kompleksitas seperti saat ini. Pada awal perkembangannya, terutama pada era 1900-an hingga 1970-an, HR lebih dikenal sebagai administrasi personalia atau "personnel management" Fokus utamanya adalah menangani tugas-tugas administratif terkait tenaga kerja, seperti penggajian, pencatatan kehadiran, dan perekrutan tenaga kerja. Mari kita lihat bagaimana peran HR pada masa ini berkembang dan mengapa perannya dianggap penting pada saat itu.
Latar Belakang Sejarah: Industrialisasi dan Kebutuhan Akan Pengelolaan Tenaga Kerja
Era 1900-an ditandai dengan adanya Revolusi Industri yang membawa perubahan besar dalam cara kerja di seluruh dunia. Pabrik-pabrik mulai bermunculan, dan produksi massal menjadi norma baru dalam dunia industri. Perusahaan-perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan mesin-mesin mereka. Seiring dengan itu, muncul kebutuhan akan pengelolaan tenaga kerja yang lebih sistematis dan terstruktur.
Pada masa ini, pengelolaan tenaga kerja masih sangat sederhana dan terfokus pada aspek operasional. Departemen personalia dibentuk untuk mengurus segala kebutuhan administratif terkait tenaga kerja, seperti pencatatan jam kerja, perhitungan upah, serta pengelolaan kontrak kerja. Fungsi ini dianggap vital untuk memastikan operasional perusahaan berjalan lancar, namun HR pada masa itu belum memainkan peran yang bersifat strategis.
Peran Utama Administrasi Personalia
Pada dasarnya, ada tiga fungsi utama administrasi personalia selama periode ini:
1. Rekrutmen dan Seleksi Karyawan
Salah satu tugas terpenting dari departemen personalia adalah memastikan bahwa perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Proses rekrutmen pada masa itu lebih bersifat sederhana. HR bertugas menyeleksi karyawan berdasarkan kebutuhan produksi, tanpa terlalu mempertimbangkan aspek keterampilan khusus atau pengembangan karir. Fokus utama adalah mendapatkan tenaga kerja yang cukup untuk menjalankan tugas di pabrik atau kantor.
2. Penggajian dan Administrasi Upah
Selain perekrutan, departemen personalia juga bertanggung jawab atas pengelolaan sistem penggajian. Karyawan harus dibayar sesuai dengan jam kerja atau hasil produksi yang mereka berikan. Penghitungan gaji dilakukan dengan teliti, terutama karena kebanyakan perusahaan pada masa itu masih menggunakan sistem manual. Selain gaji, tunjangan atau bonus, jika ada, juga dikelola oleh personalia.
3. Kesejahteraan dan Hubungan Karyawan
Pada periode ini, mulai muncul kesadaran bahwa kesejahteraan karyawan berpengaruh pada produktivitas. Meskipun masih terbatas, beberapa perusahaan mulai memperkenalkan program-program kesejahteraan dasar seperti jaminan kesehatan, tunjangan kecelakaan kerja, dan fasilitas lainnya. Namun, aspek ini belum sekompleks yang kita kenal sekarang. Selain itu, hubungan antara manajemen dan pekerja juga menjadi perhatian, terutama dalam mengelola konflik yang terjadi di tempat kerja.
Pengaruh Hukum dan Regulasi Tenaga Kerja
Pada era ini, perkembangan HR juga dipengaruhi oleh perubahan dalam regulasi tenaga kerja. Pada awal abad ke-20, muncul berbagai undang-undang yang mengatur kondisi kerja, seperti jam kerja, upah minimum, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Peran administrasi personalia berkembang seiring dengan upaya perusahaan untuk mematuhi regulasi-regulasi ini.
Misalnya, Undang-Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja mulai diperkenalkan di berbagai negara untuk memastikan bahwa perusahaan menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawannya. Departemen personalia bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan perusahaan terhadap aturan-aturan ini dan mengelola administrasi yang terkait.
Era Pasca Perang Dunia II: Awal Perubahan
Perang Dunia II membawa perubahan besar dalam dunia kerja. Setelah perang berakhir, ada lonjakan pertumbuhan ekonomi yang pesat, terutama di negara-negara maju. Perusahaan mulai melihat pentingnya manajemen tenaga kerja yang lebih efektif, terutama dalam hal mempertahankan karyawan dan meningkatkan produktivitas.
Pada masa ini, mulai muncul ide bahwa karyawan bukan sekadar "alat" produksi, tetapi aset penting bagi perusahaan. Walaupun personalia masih fokus pada tugas-tugas administratif, muncul tanda-tanda pergeseran ke arah pendekatan yang lebih manusiawi dalam mengelola tenaga kerja, seperti perhatian lebih pada pelatihan dan pengembangan.
Pondasi untuk Evolusi HR
Pada era 1900-an hingga 1970-an, HR sebagai administrasi personalia memainkan peran vital dalam mendukung operasional perusahaan. Dengan fokus pada tugas-tugas seperti rekrutmen, penggajian, dan pengelolaan kesejahteraan karyawan, HR bertanggung jawab memastikan bahwa perusahaan memiliki tenaga kerja yang cukup dan terkelola dengan baik.
Meskipun masih jauh dari peran strategis yang kita lihat dalam HR modern, periode ini menandai awal dari perkembangan manajemen sumber daya manusia. Dasar-dasar administrasi personalia yang terbentuk pada era ini menjadi pondasi bagi transformasi lebih lanjut, di mana HR mulai melihat manusia sebagai aset strategis perusahaan, bukan sekadar faktor produksi.
Perkembangan HR dari administrasi personalia ke peran strategis menunjukkan betapa pentingnya peran sumber daya manusia dalam kesuksesan perusahaan, dan bagaimana pengelolaan tenaga kerja telah berkembang seiring dengan perubahan kebutuhan industri.
Kesimpulan
Perkembangan peran HR di industri mengalami perubahan signifikan sejak awal abad ke-20. Pada awalnya, HR lebih berfokus pada administrasi personalia dengan tugas-tugas administratif seperti rekrutmen, penggajian, dan pengelolaan kesejahteraan karyawan. Dengan adanya Revolusi Industri, kebutuhan akan pengelolaan tenaga kerja yang lebih sistematis semakin mendesak, sehingga HR memainkan peran penting dalam mendukung kelancaran operasional perusahaan. Seiring berjalannya waktu, terutama setelah Perang Dunia II, peran HR mulai bergerak ke arah yang lebih strategis, dengan perhatian lebih pada pengembangan karyawan dan hubungan yang lebih manusiawi.
Transformasi ini menunjukkan bagaimana HR tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan administratif, tetapi juga untuk menciptakan budaya kerja yang produktif dan berfokus pada kesejahteraan karyawan. Biro Psikologi Assessment Indonesia membantu perusahaan dalam mengoptimalkan potensi karyawan melalui penilaian psikologis yang akurat dan berbasis riset, mendukung pengembangan SDM yang efektif dan produktif.