Memuat...
23 October 2025 10:30

Bagaimana Mengajak Seseorang Mencari Bantuan Profesional Tanpa Memaksa

Bagikan artikel

Ketika seseorang yang kita kenal mengalami tekanan mental, sering kali kita ingin membantunya dengan cepat. Dorongan ini wajar, bahkan penting. Namun dalam konteks kesehatan mental, bantuan yang terlalu memaksa justru bisa menimbulkan penolakan atau memperburuk kondisi emosional orang tersebut. Mengajak seseorang mencari bantuan profesional tanpa memaksa adalah seni yang melibatkan empati, kesabaran, dan kepekaan terhadap ritme orang lain.

Seseorang yang sedang mengalami gangguan psikologis mungkin merasakan campuran emosi yang membingungkan. Ia takut dinilai lemah, malu dianggap “tidak normal”, atau bahkan tidak menyadari bahwa yang mereka alami sebenarnya adalah tanda dari kondisi mental yang membutuhkan bantuan profesional. Oleh karena itu, ajakan yang terlalu eksplisit atau bernada “menggurui” bisa membuat mereka defensif. Misalnya, mengatakan “kamu harus ke psikolog deh” tanpa memahami kesiapan psikologis mereka, bisa memunculkan jarak. Padahal, tujuan utama kita seharusnya adalah membuat mereka merasa didampingi, bukan diarahkan.

Langkah awal yang lebih aman adalah menciptakan ruang aman untuk berbicara. Ini bisa dimulai dengan mendengarkan secara aktif untuk memahami. Hal ini menunjukkan bahwa kita hadir tanpa niat menghakimi atau memperbaiki mereka secara paksa adalah pondasi utama. Ketika seseorang merasa dimengerti, mereka akan lebih terbuka pada kemungkinan mencari bantuan. Kalimat seperti, “aku gak tahu persis apa yang kamu rasain, tapi aku di sini kalau kamu mau cerita,” atau “aku juga pernah ngerasa bingung kayak gitu, dan waktu itu ngobrol sama orang profesional cukup membantu,” adalah contoh pendekatan yang lebih inklusif dan tidak memaksa.

Langkah berikutnya adalah memberikan informasi, bukan perintah. Kita bisa menyebutkan bahwa bantuan profesional bukan berarti seseorang lemah, melainkan bentuk keberanian untuk mengelola diri. Bisa juga dengan membagikan pengalaman orang lain yang berhasil terbantu melalui konseling atau terapi. Menyodorkan pilihan seperti, “kalau kamu mau, aku bisa bantu cari tahu info tempat konseling yang nyaman,” atau “aku bisa temani kalau kamu mau ngobrol sama profesional,” memberi otonomi sekaligus menunjukkan dukungan konkret.

Menurut Mental Health First Aid Australia, kunci dari ajakan yang baik dalam MHFA adalah menghormati keputusan individu, menyampaikan informasi secara akurat, dan tetap hadir tanpa mengendalikan (MHFA Guidelines, 2023). Prinsip ini sejalan dengan pendekatan non-direktif dalam psikologi, yang menekankan bahwa pertolongan terbaik adalah yang memberdayakan, bukan menggantikan keputusan orang lain.

Hal yang juga perlu diperhatikan adalah waktu. Jangan buru-buru mengajak seseorang ke psikolog jika mereka baru saja membuka diri. Bisa jadi, mereka hanya butuh didengarkan dulu sebelum sampai pada tahap siap mencari bantuan profesional. Tanda-tanda kesiapan ini biasanya muncul ketika mereka mulai bertanya, “menurut kamu aku butuh bantuan gak?” atau “kalau mau ke psikolog, harus gimana ya?”, di sinilah momen terbaik untuk menawarkan bantuan lebih lanjut. Jika kita mendesak terlalu cepat, kita bisa kehilangan kepercayaan yang sudah mulai dibangun.

Perlu diingat juga bahwa kita bukan terapis, dan tidak harus menjadi penyelamat. Peran kita adalah sebagai pendamping awal dimana menjadi jembatan antara kesulitan yang mereka alami dengan bantuan profesional yang lebih terlatih. Kita bisa memberikan informasi kontak layanan konseling seperti Sejiwa 119, Pijar Psikologi, atau layanan konseling kampus bagi mahasiswa, namun biarkan mereka yang mengambil keputusan kapan dan bagaimana akan menggunakan layanan tersebut.

Dalam konteks budaya Indonesia, tantangan tambahan bisa muncul dari stigma yang masih kuat terhadap kesehatan mental. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih bersifat teman, bukan otoritas, menjadi sangat krusial. Penelitian oleh Setiawan (2022) dalam Jurnal Psikologi UGM menyebutkan bahwa dukungan sosial yang tidak menghakimi berperan besar dalam meningkatkan kesediaan individu untuk mencari bantuan profesional. Ini menunjukkan bahwa kualitas relasi interpersonal punya dampak nyata terhadap perilaku pencarian bantuan.

Akhirnya, mengajak seseorang mencari bantuan profesional adalah proses yang tidak bisa dipaksakan. Ia butuh kepekaan, kehadiran yang konsisten, dan komunikasi yang penuh empati. Ketika kita berhasil menumbuhkan rasa percaya dan aman, barulah seseorang akan membuka diri untuk langkah berikutnya. Dalam proses ini, keberhasilan bukan diukur dari seberapa cepat mereka pergi ke psikolog, tetapi dari seberapa nyaman mereka merasa didampingi saat memutuskan untuk sembuh atas kehendak mereka sendiri. Anda juga dapat mengajak seseorang tersebut ke Assessment Indonesia sebagai vendor psikotes profesional menyediakan layanan asesmen psikologi terbaik untuk perusahaan dan individu. 

Referensi:

Mental Health First Aid Australia. (2023). Helping Someone in Crisis: MHFA Guidelines. https://mhfa.com.au

Setiawan, R. (2022). "Peran Dukungan Sosial dalam Pencarian Bantuan Profesional pada Individu dengan Gangguan Mental", Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 49(2), 123-135.

World Health Organization. (2021). Guidance on Mental Health and Psychosocial Support. https://www.who.int/publications/i/item/9789240030909











Bagikan