Di balik senyuman murid dan rutinitas belajar, seringkali tersembunyi perasaan cemas, tertekan, bahkan putus asa. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus distress pada murid, baik secara emosional maupun psikologis, meningkat secara signifikan. Guru, yang setiap hari berinteraksi langsung dengan siswa, menjadi sosok yang sangat strategis dalam memberikan Mental Health First Aid (MHFA) di lingkungan sekolah.
Distress pada murid dapat muncul dalam bentuk gejala yang kadang tersamar: menurunnya konsentrasi, perubahan suasana hati, ketidakhadiran tanpa alasan jelas, hingga perilaku yang mengganggu. Ketika tanda-tanda ini muncul, guru tidak harus langsung menjadi “terapis,” tetapi dapat menjadi pemberi pertolongan pertama psikologis yang mampu merespons dengan empati dan keterampilan dasar MHFA.
Langkah pertama yang penting dilakukan guru adalah mengenali sinyal distress. Ini membutuhkan sensitivitas emosional dan pengamatan jeli. Setelah itu, pendekatan tanpa menghakimi dan mendengarkan aktif menjadi kunci. Sering kali, murid hanya butuh ruang aman untuk bercerita tanpa takut dinilai. Guru bisa memulai dengan pertanyaan sederhana seperti, “Kamu terlihat berbeda hari ini, apakah ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan?”
Namun, MHFA juga menekankan batasan. Guru tidak dituntut untuk mendiagnosis atau menyelesaikan semua masalah. Jika dirasa perlu, guru harus segera mengarahkan murid ke layanan konseling sekolah atau profesional psikolog. Di sisi lain, sekolah juga perlu memberikan pelatihan kepada para guru agar siap menghadapi situasi tersebut, sekaligus menyediakan sistem pendukung yang memadai.
Lebih dari sekadar pendidik, guru adalah figur kepercayaan yang bisa menjadi penghubung pertama antara murid yang tertekan dengan jalur bantuan. Namun untuk itu, mereka perlu merasa aman dan didukung pula oleh sistem. Perlu ada kebijakan sekolah yang berpihak pada kesejahteraan psikologis murid dan guru, bukan hanya capaian akademik.
Empati guru bukan hanya tentang kasih sayang, tapi tentang keberanian hadir saat murid merasa sendirian. MHFA bagi guru bukan soal menggantikan peran psikolog, tapi menjadi jembatan pertama yang bisa menyelamatkan hidup seorang anak. Temukan layanan asesmen psikologi terbaik hanya di biro psikologi resmi Assessment Indonesia, mitra terpercaya untuk kebutuhan psikotes.
Referensi:
Jorm, A. F., et al. (2010). Actions that young people can take to help peers with mental health problems: A Delphi consensus study of youth mental health first aid skills. BMC Psychiatry.
UNESCO (2020). Mental Health and Psychosocial Considerations for Educators during COVID-19.
Mental Health Foundation UK (2023). https://www.mentalhealth.org.uk