Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) telah menjadi isu signifikan yang mempengaruhi banyak perusahaan di berbagai sektor, terutama di kalangan startup dan perusahaan teknologi. Setiap bulan, berita mengenai PHK di berbagai perusahaan terus muncul di media internasional. Data dari TrueUp menunjukkan bahwa pada Juli 2022, sebanyak 573 perusahaan teknologi di seluruh dunia melakukan PHK, yang berdampak pada 19.583 karyawan.
Dampak Gelombang PHK di Amerika Serikat
Amerika Serikat mencatatkan jumlah perusahaan yang melakukan PHK cukup tinggi. Riset dari Crunchbase News mengungkapkan bahwa setidaknya 143 perusahaan teknologi di AS mengakhiri hubungan kerja dengan lebih dari 24.000 orang. Perusahaan besar seperti Netflix juga terpengaruh oleh situasi ini. Memasuki tahun 2022, Netflix memangkas ratusan karyawan di kantor pusatnya di AS setelah melakukan perekrutan berlebihan selama pandemi COVID-19 dan mengalami penurunan pelanggan yang signifikan. Selain Netflix, perusahaan-perusahaan terkenal lainnya seperti Robinhood, Glossier, dan Better juga terpaksa melakukan PHK. Bahkan, startup yang sebelumnya berkembang pesat selama pandemi kini mulai merasakan dampak dari penurunan kinerja yang signifikan.
Ketidakpastian pasar pada tahun 2022, termasuk kekhawatiran tentang inflasi, kenaikan suku bunga, dan ketegangan geopolitik, menjadi faktor utama penyebab gelombang PHK ini.
Asia Tenggara: Kekurangan Talenta di Tengah Gelombang PHK
Di Asia Tenggara, fenomena PHK juga melanda berbagai perusahaan di negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Vietnam. Beberapa perusahaan besar yang terdampak termasuk JD.ID, Crypto.com, dan Sea. Sektor fintech juga tidak luput dari gelombang PHK tahun ini. Meski banyak perusahaan di kawasan ini melakukan pemutusan hubungan kerja atau menangguhkan perekrutan, Asia Tenggara masih menghadapi kekurangan talenta dalam posisi teknologi. Singapura contohnya, meskipun banyak perusahaan yang melakukan PHK dan pembekuan rekrutmen, tetap kesulitan memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor teknologi. Fenomena ini mencerminkan adanya ketidakseimbangan antara penurunan jumlah pekerjaan di sektor tertentu dan tingginya permintaan akan talenta dalam bidang teknologi di kawasan tersebut.
Biro Psikologi Assessment Indonesia menyediakan jasa psikotes untuk berbagai kebutuhan asesmen psikologi, baik untuk individu maupun perusahaan. Layanan kami dirancang untuk memberikan hasil yang akurat dan terpercaya.